11 Dec Sejarah Perkembangan Teknologi Database
Pernahkah Anda mendengar tentang perkembangan teknologi database yang terus berkembang? Database dirancang untuk menjaga keamanan data sekaligus menjamin keamanan data. Kumpulan data yang disimpan secara sistematis, biasanya di komputer, untuk memfasilitasi pengambilan dan pengambilan informasi secara cepat dan efisien.
Teknologi database terus berkembang sejak pertama kali dikembangkan pada tahun 1960an. Awalnya, masyarakat menyimpan data secara manual di arsip fisik seperti lemari. Namun, dengan munculnya komputer, fokus penyimpanan data beralih ke media digital. Salah satu kemajuan besar saat ini adalah pengembangan Integrated Data Store (IDS) oleh Charles
Bachman dari General Electric Company, database komputer pertama yang menggunakan model jaringan. Bachmann menerima ACM Turing Award pada tahun 1973 atas kontribusinya terhadap pengembangan teknologi database. Pada saat yang sama, IBM memperkenalkan sistem manajemen informasi “IMS”.
Gunakan model hierarki. Data dapat disimpan dalam struktur pohon, memfasilitasi akses satu-ke-banyak. Selain itu, IBM bekerja sama dengan industri penerbangan AS untuk mengembangkan sistem SABRE, yang memungkinkan pengguna mengakses data yang sama di jaringan komputer.
Seiring berjalannya waktu, model hierarki dan jaringan menjadi dasar awal teknologi basis data, namun perkembangan tidak berhenti di situ. Pada tahun 1970an, Edgar Codd memperkenalkan model relasional. Hal ini memungkinkan data disimpan dalam tabel yang lebih fleksibel. Model ini adalah dasar dari Structured Query Language (SQL), bahasa manajemen database standar saat ini.
Model relasional memisahkan skema data dari penyimpanan fisik dan memudahkan aplikasi mengambil data berdasarkan konten, bukan tautan. Pada awal tahun 1980an, SQL menjadi standar industri dan seiring kemajuan perangkat keras, sistem database relasional mulai diadopsi secara komersial.
Penelitian lebih lanjut di bidang database juga mengalami kemajuan pesat, terutama dengan berkembangnya bahasa query yang lebih kuat dan model data yang lebih kompleks. Perkembangan Internet pada tahun 1990an berdampak besar pada teknologi database, dengan semakin banyak pengguna yang mengadopsi sistem client-server untuk akses jarak jauh ke data. Pada tahun 2000-an, teknologi NoSQL muncul sebagai jawaban atas kebutuhan untuk memproses data tidak terstruktur di Internet.
Basis data NoSQL dirancang untuk memenuhi tantangan pemrosesan data besar dengan penyimpanan data yang cepat dan fleksibel. Teknologi ini sangat berguna dalam berbagai aplikasi modern seperti multimedia, perpustakaan digital, dan video interaktif. Basis data memegang peranan penting dalam pengembangan sistem informasi.
Data adalah elemen kunci dalam sistem informasi apa pun, dan basis data memungkinkan data disimpan, diatur, dan dimanipulasi secara efisien. Teknologi basis data memungkinkan banyak pengguna mengakses data secara bersamaan, sehingga meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam berbagai aplikasi bisnis dan industri.
Secara keseluruhan, perkembangan teknologi basis data sejak tahun 1960an mempunyai dampak besar terhadap cara kita bekerja dengan informasi. Basis data memungkinkan organisasi dan individu mengelola informasi mereka dengan lebih baik di era digital dengan memungkinkan data diakses, dimanipulasi, dan disimpan secara lebih efisien.
Perkembangan teknologi database tidak berakhir dengan munculnya NoSQL pada tahun 2000an, namun terus berlanjut hingga saat ini. Kita kini berada di era big data, dan jumlah data yang dihasilkan di berbagai bidang industri meningkat drastis. Dengan jumlah data yang begitu besar, database tradisional seperti model relasional tidak lagi cukup untuk menangani tipe data yang semakin kompleks dan tidak terstruktur.
Teknologi database modern terus beradaptasi dengan tantangan ini, memperkenalkan berbagai inovasi dan pendekatan baru dan canggih. Era big data dan cloud computing Salah satu tonggak penting dalam perkembangan teknologi database adalah munculnya big data. Big data adalah kumpulan data yang sangat besar dan kompleks yang sulit diproses menggunakan alat manajemen data tradisional.
Ketika berhadapan dengan data besar, teknologi database relasional memiliki skalabilitas terbatas dan tidak selalu dapat menangani beban sebesar ini. Untuk mengatasi masalah ini, muncul solusi baru berupa database yang lebih terdistribusi, seperti Apache Hadoop dan Apache Cassandra. Teknologi ini dirancang khusus untuk mengelola data dalam jumlah sangat besar secara lebih efisien dan memberikan kemampuan untuk memproses data di beberapa server dan lokasi geografis.
Salah satu fitur utama teknologi big data adalah pemrosesan paralel. Hal ini memungkinkan data diproses di beberapa node secara bersamaan, sehingga meningkatkan kecepatan dan efisiensi pemrosesan data dalam jumlah besar. Selain itu, perkembangan teknologi komputasi awan telah membawa perubahan signifikan dalam cara pengelolaan dan penyimpanan data.
Komputasi awan memungkinkan bisnis untuk menyimpan dan mengelola data pada server terpusat yang dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Penyedia layanan cloud seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, dan Microsoft Azure menawarkan berbagai solusi database berbasis cloud yang skalabel dan fleksibel.
Hal ini memungkinkan bisnis untuk menyimpan data tanpa berinvestasi pada infrastruktur perangkat keras yang mahal. Database NoSQL: Mengatasi Keterbatasan SQL NoSQL, atau “Tidak Hanya SQL,” dirancang untuk menangani banyak jenis data tidak terstruktur dan semi-terstruktur yang tidak dapat dikelola secara efektif menggunakan model relasional tradisional Kebanyakan database relasional menggunakan struktur tabel ketat yang mengharuskan setiap elemen data mengikuti skema yang telah ditentukan sebelumnya.
Hal ini menjadi kendala ketika data yang Anda simpan dalam format yang heterogen atau tidak terstruktur, seperti: B. Data dari media sosial, log server, atau sensor Internet of Things (IoT).
NoSQL, termasuk teknologi seperti MongoDB, Couchbase, dan Redis, memberikan fleksibilitas lebih besar dalam pengelolaan data.
Misalnya, MongoDB menggunakan model berbasis dokumen di mana data disimpan dalam format JavaScript Object Notation (JSON). Hal ini memungkinkan pengguna untuk menyimpan data menggunakan skema yang berbeda, memberi mereka lebih banyak fleksibilitas dalam menangani berbagai jenis informasi.
NoSQL juga cocok untuk aplikasi yang memerlukan skalabilitas horizontal, dimana data dapat dibagikan dan disimpan di banyak server secara bersamaan. Hal ini menjadikannya pilihan ideal untuk aplikasi modern yang mengelola jutaan hingga miliaran pengguna secara bersamaan, seperti: Contoh: aplikasi media sosial, e-commerce, platform streaming.
Basis Data dalam Pengembangan Sistem Berbasis AI Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML) saat ini juga memerlukan dukungan teknologi basis data yang lebih maju. Pemrosesan data skala besar menjadi kunci utama dalam pelatihan model AI dan ML. Teknologi database modern tidak hanya berfungsi sebagai penyimpanan data, namun juga memungkinkan integrasi yang lebih baik dengan alat analitik dan pembelajaran mesin. Salah satu contohnya adalah penggunaan database berbasis grafik seperti Neo4j atau Amazon Neptune. Hal ini memungkinkan analisis hubungan antar data dalam jaringan yang kompleks.
Basis data grafik ini sangat berguna untuk aplikasi yang mengutamakan pola dan hubungan antar data, seperti analisis jaringan sosial, deteksi penipuan, dan pengelolaan data kesehatan.
Selain itu, teknologi database yang mendukung AI juga membutuhkan kemampuan mengolah data secara real time. Teknologi seperti Apache Kafka dan Amazon Kinesis memungkinkan pemrosesan aliran data secara real-time. Hal ini penting untuk aplikasi AI yang memerlukan respons cepat dan analisis data real-time, seperti mobil tanpa pengemudi, algoritme perdagangan otomatis, dan sistem rekomendasi.
Baca Juga: Sejarah Perkembangan Teknologi Database yang Wajib diketahui
No Comments